Santo Pelindungku

Santo Pelindung adalah sosok seorang suci yang pada saat hidup di zamannya, membaktikan jiwa-raga sepenuhnya bagi Allah. Kisah hidupnya diharapkan untuk dapat menjadi pedoman bagi mereka yang dibaptis secara Katolik, sehingga memberi pegangan dan seorang tokoh panutan dalam kehidupan kesehariannya.


7 Januari St. Raimundus dari Penyafort

Raimundus dilahirkan antara tahun 1175 dan 1180 di sebuah kota kecil dekat Barcelona, Spanyol. Ia bersekolah di sekolah katedral di Barcelona dan menjadi seorang imam. Raimundus menyelesaikan kuliah hukum di Bologna, Italia dan menjadi seorang guru yang terkenal. Ia bergabung dengan Ordo Dominikan pada tahun 1218. Pada tahun 1230, Paus Gregorius IX meminta imam yang penuh pengabdian ini untuk datang ke Roma. Ketika Raimundus tiba, paus memberinya beberapa tugas. Salah satunya adalah mengumpulkan semua surat-surat resmi dari para paus sejak tahun 1150. Raimundus mengumpulkan serta menerbitkan 5 jilid buku. Ia juga ikut ambil bagian dalam menulis hukum Gereja.

Pada tahun 1238, Raimundus dipilih sebagai Superior Jenderal Dominikan. Dengan pengetahuannya dalam bidang hukum, ia memeriksa regula ordo dan memastikan bahwa segala sesuatunya sah secara hukum. Setelah selesai, ia mengundurkan diri dari jabatannya pada tahun 1240. Kini ia dapat sepenuhnya mengabdikan seluruh sisa hidupnya untuk tugas-tugas parokial. Itulah yang sesungguhnya ia inginkan.

Paus hendak menjadikan Raimundus sebagai uskup agung, tetapi Raimundus menolak. Ia mohon diijinkan kembali ke Spanyol dan memang ia kembali ke sana. Ia begitu bersukacita dapat bertugas di paroki. Cinta kasihnya membawa banyak orang kembali kepada Tuhan melalui Sakramen Tobat.

Selama tahun-tahun yang dilewatkannya di Roma, Raimundus sering mendengar tentang kesulitan-kesulitan yang harus dihadapi para misionaris. Mereka berusaha keras menjangkau orang-orang non-Kristen di Afrika Utara dan Spanyol. Guna membantu para misionaris, Raimundus mendirikan sebuah sekolah yang mengajarkan bahasa serta kebudayaan orang-orang di daerah misi yang dituju. Juga, Pastor Raimundus minta seorang Dominikan terkenal, St. Thomas Aquinas, untuk menulis sebuah buku saku. Buku saku ini dimaksudkan untuk menjelaskan kebenaran iman dengan suatu cara yang dapat dimengerti oleh mereka yang belum beriman.

Raimundus berumur hingga hampir seratus tahun. Ia wafat di Barcelona pada tanggal 6 Januari tahun 1275. Ia dinyatakan kudus pada tahun 1601 oleh Paus Klemens VIII. Paus yang sama memaklumkannya sebagai santo pelindung ahli hukum Gereja karena pengaruhnya yang besar dalam hukum Gereja.

“Semoga kita menjadi orang yang penuh cinta kasih dan pengertian bagi mereka yang kita layani!”.



  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Musik Liturgi



Pengantar

Berbicara tentang musik-liturgis, kita ingat akan nama-nama lain yang juga sering kita dengar seperti: musik-gereja, musik-rohani, musik-suci. Dalam rangka mengerti kekhasan musik liturgi baiklah lebih dahulu kita memahami arti dari istilah-istilah lain itu dan hubungannya dengan musik-liturgis.

Jenis Musik

“Musik-gereja” atau musica eccelsiastica adalah istilah yang digunakan oleh para pengikut Kristus atau Gereja ketika persekutuan beriman ini menyadari kekhasannya dalam mengekspresikan iman lewat musik terutama dalam ibadat atau liturgi. Istilah ini mengacu pada tatanan bunyi dengan melodi tertentu tanpa teks atau sesuai dengan bentuk teks yang mengungkapkan baik isi hati umat beriman maupun ajaran dan iman Gereja. Musik ini dapat dihasilkan dengan bantuan alat/instrumen atau/dan dengan suara penyanyi. Karena mengungkapkan iman yang diajarkan dan dihayati oleh umat beriman maka musik Gereja memiliki kekhasan dibandingkan dengan musik dari umat yang beragama lain meskipun dipengaruhi juga oleh musik agama lain misalnya dari musik orang Yahudi. Musik gereja pada umumnya adalah salah satu bentuk dari musik-religus atau musik-rohani.

Yang dimaksudkan dengan “musik-religius” (musica religiosa) atau “musik-rohani” adalah musik yang mengungkapkan atau mengandung tema-tema rohani. Musik atau lagu rohani ini dimiliki umat agama manapun. Bahkan ada tema musik-rohani yang umum diterima oleh umat manapun karena bersifat universal. Baik melodi maupun teksnya mengungkapkan pengalaman rohani yang diterima oleh orang beriman dari berbagai agama. Ketika suatu musik/lagu rohani mengungkapkan pengalaman khusus dari umat agama tertentu, maka ia menjadi musik/lagu yang khas misalnya lagu-rohani khas Yahudi atau khas Hindu dan Budha atau khas Kristen dan Islam. Musik-rohani itu jadi khas Kristiani bila mengungkapkan keyakinan iman akan Kristus Tuhan dan Penyelamat atau akan Tritunggal Mahakudus serta pokok iman lain yang diyakini orang Kristiani. Itulah yang kita namakan secara umum musik-gereja. Di dalam lingkup Gereja sendiri, musik-rohani dalam arti sempit berarti segala macam musik/lagu yang mengungkapkan pengalaman rohani khas Gereja tetapi tidak dimaksudkan untuk digunakan dalam perayaan-perayaan liturgis.

Ada juga istilah “musik-suci” (musica sacra) yang pernah dipakai oleh Gereja Katolik dalam arti segala macam musik-rohani atau musik-gereja yang digubah khusus untuk ibadat atau perayaan-perayaan liturgis. Kini istilah yang lebih populer adalah “musik-liturgis”. Karena itu sekedar untuk membedakan musik-suci dari musik-liturgis, menurut Gelineau (Voices and Instruments in Christian Worship: Principles, Laws, Applications, Collegeville: The Liturgical Press, 1964) musik-suci dalam arti tertentu mengacu pada semua macam musik yang inspirasinya atau maksud dan tujuan serta cara membawakannya mempunyai hubungan dengan iman Gereja. Lalu apa itu musik-liturgis dan ciri-cirinya?

Ciri-ciri Musik Liturgis

“Musik-liturgis” (khususnya melodi yg dihasilkan oleh alat-alat musik) dan “nyanyian-liturgis” (khususnya teks atau tindakan liturgis yang diberi melodi), dapat dilagukan dengan suara dan bunyi alat-alat musik sebagai pengiring. Baik teks maupun musik dengan melodinya yang secara khas mengekspresikan iman Gereja yang dirayakan dalam liturgi yaitu tentang apa yang dilakukan Allah (karya agung Allah yang menyelamatkan) dan tanggapan manusia beriman (syukur-pujian, sembah-sujud, dan permohonan).

Kita menggunakan istilah “musik-liturgis” dan bukan “musik dalam liturgi” karena dengan “musik-liturgis” mau digarisbawahi pandangan Gereja tentang musik sebagai bagian utuh dari perayaan liturgi dan bukan sebagai suatu unsur luar yang dicopot dan dimasukkan ke dalam perayaan liturgis seakan-akan suatu barang asing atau hal lain dari liturgi lalu diletakkan di tengah perayaan liturgi.

Sebagai bagian utuh dari liturgi, musik-liturgi itu merupakan doa dan bukan sekedar suatu ekspresi seni yang jadi bahan tontonan. Memang musik-liturgi itu mesti indah dan memenuhi persyaratan-persyaratan seni musik/nyanyian pada umumnya, namun lebih dari itu musik-liturgi mengungkapkan doa manusia beriman. Bahkan musik atau nyanyian-liturgis sebagai doa mempunyai nilai tinggi. Sebab musik-liturgi menggerakkan seluruh diri manusia yang menyanyi atau yang menggunakan alat-alat musik (budi, perasaan-hati, mata, telinga, suara, tangan atau kaki dll). Sekaligus demi harmoni dituntut kurban untuk meninggalkan diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan tempat, dengan situasi, dengan maksud-tujuan musik/nyanyian liturgis yaitu demi Tuhan dan sesama. Ini memang cocok dengan hakekat dari liturgi sebagai perayaan bersama yang melibatkan banyak orang demi kepentingan umum (kemuliaan Tuhan dan keselamatan manusia, bukan hanya demi diri sendiri). Oleh karena itu Gereja mewarisi pandangan bahwa orang yang menyanyi dengan baik sebenarnya berdoa dua kali (si bene cantat bis orat). Sekali lagi, nilai yang tinggi itu tercapai kalau ada kurban dengan meninggalkan diri sendiri dan bersatu dengan yang lain dalam menyanyi atau bermusik demi kepentingan bersama.

Seni Musik Liturgis

Musik-liturgis sebagai karya seni (bukan tontonan atau pertunjukan) sebenarnya membantu kita semua sebagai peraya untuk mengarahkan seluruh diri kepada inti misteri yang dirayakan dalam liturgi yaitu kepada Tuhan sendiri sebagai sumber segala karya seni. Oleh karena itu cara-cara yang mengalihkan perhatian kita kepada hal lain atau kepada tokoh tertentu perlu diwaspadai. Bisa saja kita memilih seorang artis sebagai pemazmur atau penyanyi solo tetapi ketika ia menjalankan tugasnya tidak boleh ditonjolkan keartisannya, tetapi “fungsi liturgisnya”. Memberikan aplaus kepada si pemazmur atau solist karena suaranya yang bagus lebih merupakan bagian dari suatu acara panggung pertunjukan. Demikian juga pembawa homili yang memilih dan membawakan lagu yang sedang populer di tengah atau di akhir homili (karena ada kaitan dengan tema homili) yang langsung ditanggapi oleh umat dengan tepuk tangan meriah, perlu dipertimbangkan apakah hal seperti itu punya fungsi atau makna liturgis. Padahal ketika imam menyanyikan Prefasi atau Kisah Institusi dalam Doa Syukur Agung dengan suara yang bagus tidak diberi aplaus.

Pertimbangan yang sama dapat kita pakai untuk menilai kebiasaan koor menyanyikan semua lagu selama perayaan liturgis. Sebetulnya koor dengan dirigen yang bagus sungguh berfungsi liturgis kalau dapat membantu semua peraya yang lain untuk menyanyi bersama dengan lebih baik seperti atau mendekati cara koor menyanyi. Kalau dari awal sampai akhir semua nyanyian dibawakan hanya oleh koor, meskipun semuanya sangat mempesona, sebetulnya telah mengurangkan maknanya sebagai musik/nyanyian liturgis. Perlu ada suatu pembagian yang lebih seimbang dalam hal ini.

Proses Menjadi Musik Liturgis

Menerima musik-liturgis sebagai doa liturgis menuntut pula kesediaan setiap peraya atau kelompok peraya untuk menerima musik atau nyanyian yang sudah disepakati oleh Gereja untuk dipakai di dalam perayaan-perayaan liturgi. Musik/nyanyian yang ada di dalam buku-buku nyanyian yang diterbitkan dengan nihil obstat dan imprimatur pimpinan Gereja, dipandang sebagai musik-liturgis. Tentu melewati proses seleksi yang dibuat oleh orang-orang yang punya kemampuan dalam bidangnya hingga mendapat persetujuan dari pimpinan Gereja. Kesempatan terbuka bagi para komponis untuk mencipta lagu-lagu bagu yang lebih sesuai dengan rasa seni musik orang setempat, namun untuk dipakai sebagai musik/nyanyian liturgis perlu menempuh prosedur seleksi hingga mendapat pesetujuan resmi untuk dipakai dalam perayaan liturgi. Patut kita puji inisitip-inisitip untuk mencipta dan menemukan lagu-lagu baru yang lebih seusai dengan budaya setempat dan kebutuhan liturgis, misalanya dalam misa dengan “lagu-lagu alternatif”. Akan tetapi perlu kita waspadai kecenderungan menggunakan nyanyian-nyanyian baru itu tanpa peduli pada proses untuk “menjadi milik besama” dari Gereja, apalagi kalau yang jadi patokan utama adalah rasa suka, tertarik, tersentuh tanpa mengindahkan persyaratan liturgis.

Kadang terjadi bahwa kita memilih musik/nyanyian tertentu untuk perayaan liturgi karena sudah bosan dengan yang lama padahal yang baru itu belum tentu memenuhi persyaratan liturgis. Ini tantangan buat kita: merasa bosan dengan musik/nyanyian liturgis karena terus menerus menyanyikan yang sama (lama) atau merasa tidak tertarik, tidak suka, tidak tersentuh, tidak tergerak. Kita cendrung tersentuh dengan yang baru. Maka serta merta kita mencari dan membawakan musik/nyanyian baru dalam liturgi, tetapi tanpa pertimbangan atau seleksi. Dengan demikian dapat terjadi bahwa kita menggunakan musik/nyanyian yang sebenarnya tidak memenuhi persyaratan untuk perayaan liturgis.

Jadi bukan soal utama suka atau tidak suka, menarik atau tidak menarik, menyentuh atau tidak menyentuh, baru atau lama tetapi apakah telah menjadi “milik bersama” dari Gereja karena disepakati sebagai musik/nyanyian liturgis. Sebuah nyanyian atau musik diterima sebagai “milik bersama” bukan hanya karena telah dimasukkan ke dalam buku nyanyian resmi tetapi juga karena dilatih bersama, dinyanyikan bersama dan dipahami serta dihayati bersama maknanya dalam perayaan.

Musik-liturgis diterima atau diakui oleh Gereja sebagai miliknya, milik persekutuan demi kepentingan bersama (dikenal tradisi untuk tidak menulis si komponisnya dalam buku-buku resmi nyanyian-liturgis, tetapi nama mereka ditulis dalam catatan sejarah penyusunan buku). Perlu ada proses menjadikan musik-liturgis itu sebagai milik bersama. Dalam proses ini Gereja melihat betapa pelunya membuat latihan untuk menguasai dan menghayati musik/nyanyian bersama sebagai nyanyian dari hati, nayanyian yang mempengaruhi seluruh pribadi peraya. Jadi ada proses meninggalkan diri sendiri (rasa dan keinginan pribadi atu kelompok khusus) lalu menerima yang umum dan menjadikannya bagian atau milik pribadi demi kepentingan umum. Ini sebuah proses yang tidak gampang, karena yang menjadi tantangan adalah kecenderungan untuk mengutamakan rasa atau keinginan pribadi/kelompok khusus. Aspek personalnya lebih nampak dari pada aspek liturgis (yang umum). Kepentingan pribadi lebih menonjol dari pada kepentingan umum.

Untuk memenuhi persyaratan sebagai bagian utuh dari liturgi, musik-liturgi juga mesti berfungsi liturgis dalam arti baik teks maupun lagunya sesuai dengan unsur atau tindak liturgis dalam keseluruhan tata perayaan liturgis. Maka kita dapati nyanyian yang cocok untuk liturgi pembaptisan tetapi tidak sesuai untuk liturgi pernikahan. Nyanyian-liturgis untuk Ekaristi juga mesti sesuai dengan teks liturgi Ekaristi dan tindakan liturgis dalam unsur-unsur atau bagian-bagian tertentu dari liturgi Ekaristi. Sebuah lagu pembuka tentu tidak cocok untuk kesempatan seruan “kudus-kudus”, meskipun dari sudut kebenaran teks dan keindahan lagu tak ada cacat. Dalam hal ini tempat liturgis lagu pembuka itu tidak cocok atau nyanyian itu tidak mempunyai fungsi liturgis karena dinyanyikan pada saat “kudus kudus”.

Memilih Musik Liturgis

Perlu diketahui juga teks-teks liturgis mana saja yang dapat dinyanyikan (khususnya dalam liturgi Ekaristi). Ada teks-teks baku-tetap (antara lain Tuhan Kasihanilah Kami, Kemuliaan, Aku Percaya, Kudus-Kudus, Bapa Kami, Anak Domba Allah). Nyanyian ini disebutordinarium. Ada juga teks-teks yang dapat berubah atau bervarisi rumusannya sesuai dengan perayaan pada hari bersangkutan dan disebutproprium (Antifon Pembuka atau Lagu Pembuka untuk mengiringi perarakan masuk, Mazmur Tanggapan untuk menanggapi Sabda Allah yang telah dimaklumkan, Alleluia-Bait Pengantar Injil untuk menyiapkan diri mendengarkan pemakluman Injil, Antifon Komuni atau Lagu Komuni selama atau sesudah komuni, Nyanyian Persiapan Persembahan untuk mengiringi perarakan bahan-bahan persembahan dan Lagu Penutup untuk mengiringi perarakan kembali). Teks-teks ini sangat kaya dan berhubungan erat dengan tindakan liturgis, unsur-unsur liturgis, tema perayaan, masa liturgis serta bacaan-bacaan dalam perayaan liturgi. Suatu hal yang patut dipuji adalah kebiasan menyanyikan Mazmur Tanggapan dan Alleluia-Bait Pengantar Injil dengan teks yang bervariasi sesuai dengan hari atau pestanya. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah lagu yang sesuai dengan teks-teks antifon (Pembuka dan Komuni) yang sebenarnya sangat kaya dan bervariasi serta biblis.

Dalam hubungan dengan teks-teks liturgi, terutama yang harus atau boleh dinyanyikan, diharapkan agar susunannya tepat serta mudah dan indah kalau dinyanyikan. Dalam hal ini lagu melayani teks dan bukan sebaliknya. Baiklah kita waspadai nyanyian-nyanyian yang mengorbankan ketepatan dan kebenaran iman demi mempertahankan suatu melodi. Misalnya lagu Bapa Kami Filipina, demi penyesuaian dengan melodinya diubahlah rumusan “jadilah kehendak-Mu di atas bumi seperti di dalam surga” menjadi “jadilah kehendak-Mu di bumi dan di surga”. Mengganti “seperti” dengan “dan” sebenarnya mengubah iman kita akan surga, bahwa di surga dan di bumi kehendak Tuhan tidak selalu terjadi. Padahal kita percaya bahwa kehendak Tuhan selalu terjadi di surga sedangkan di bumi tidak selalu terjadi karena ulah manusia yang suka melawan kehendak Tuhan, maka kita mohon agar kehendak Tuhan terjadi di bumi seperti di surga. Kalau prinsip “melodi melayani teks” diperhatikan, maka ketepatan dn kebenaran teks-teks liturgis juga dapat lebih dijamin.

Ditulis oleh: Romo Bernardus Boli Ujan SVD (Penulis adalah Sekretaris Eksekutif Komisi Liturgi KWI tahun 2002-2008)

Tulisan ini pernah dimuat sebagai artikel dalam Majalah Bulanan Kristiani INSPIRASI, Lentera Yang Membebaskan, No 24, Tahun II Agustus 2006, hlm 27-29.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Resep Es Krim Rahasia Keluargaku



Rasa es krim memang enak, kalau aku sih, ngga pernah pandang cuaca, kalau pengen ya harus makan es krim, dengan catatan, ada duit. hehehe.
Ini resep bikinan keluargaku. Selamat mencoba! Monggo...

Campur susu (bisa segar hasil perah atau kemasan, yang penting cair) sebanyak satu liter dengan coklat masak sebanyak 750 gr (batangan) yang sebelumnya sudah dihancurkan, lalu tambah susu kental manis 250 ml, kemudian kuning telur (apa saja) lima butir. semuanya dilakukan di dalam blender ukuran large. Blender sampai bercampur rata. Siapkan wadah, lalu tuang hasil blender, masukkan frezzer, tiga jam kemudian, blender kembali, massukkan frezzer lalu blender kembali tiga jam kemudian, hanya saja di blender-an ketiga ini bisa ditambahkan kacang atau kismis atau apapun sesuai selera. Diamkan dalam frezzer selama 4 jam. Setelah itu sudah bisa disajikan.

Catatan tambahan : karena dibuat manual, lebih baik dalam skala agak banyak, kalau ngga, capek doang. hehehe, jangan lupa, setelah buat, bagi-bagi ke aku. ^^v

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Keripik Bawang Gulung




Bahan:

350 gr tepung terigu
50 gr tepung sagu
150 ml santan
1 sdt garam
6 bh bawang merah, haluskan
4 siung bawang putih, haluskan
1 sdt kaldu instan
2 sdm daun seledri cincang
2 btr telur
minyak untuk menggoreng

Cara Membuat:
1. Campur tepung terigu, tepung sagu, garam, telur, dan seledri uleni sambil masukkan santan sedikit demi sedikit sampai menjadi adonan yang dapat dibentuk.
2. Giling adonan dengan gilingan mi dari no.1 sampai dengan no.4.
3. Potong adonan 5 x 5 cm, lalu gulung.
4. Panaskan minyak, goreng kue bawang gulung sampai berwarna kuning kecokelatan. Angkat, setelah dingin simpan dalam toples.

Untuk 400 Gram

Sumber : Kompas

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Opus Dei

Apa itu Opus Dei?

Opus Dei adalah bagian dari Gereja Katolik. Dalam bahasa Latin, nama ini berarti ‘Karya Tuhan’. Misi organisasi ini adalah menyebarkan pesan Kristiani bahwa semua orang dipanggil untuk mencapai kesucian hidup. Ajaran ini adalah inti konsili Vatikan II tentang apa makna mengikuti jejak Kristus dalam dunia moderen.

Kesucian berarti mengikuti jejak Yesus Kristus, meniru Dia dalam pikiran dan perbuatan. Itu juga berarti mengasihi Tuhan dan sesama dengan kasih yang membangkitkan nilai-nilai kebajikan seperti rendah hati, keadilan, integritas dan solidaritas.

priests1Kesucian hanya dapat dicapai dengan pertolongan Tuhan dan perjuangan terus-menerus. Opus Dei menawarkan bantuan dan bimbingan bagi yang ingin mencari kesucian dalam kehidupan sehari-hari. Opus Dei mengajarkan bahwa dalam pekerjaan apapun jika dilaksanakan dengan trampil dan jujur dalam semangat Yesus Kristus, dengan tujuan untuk mengasihi Tuhan dan melayani sesama maka pekerjaan itu dapat disucikan. Apa yang penting adalah cinta kasih yang diwujudkan dalam bentuk karya dan bukan pentingnya menurut tolok ukur manusiawi. Pekerjaan seorang penata salon kecantikan atau seorang yang berkarya di bank bisa disucikan seperti pekerjaan seorang imam.

Anggota
member1Orang-orang dari berbagai pekerjaan dan strata sosial tergabung dalam Opus Dei: imam dan awam, pria dan wanita, tua dan muda, kawin dan selibat.

Sebagian besar para anggota dapat menikah, atau memang sudah menikah: mereka adalah anggota supernumerary. Anggota lainnya: numerary dan associate, memilih untuk hidup tidak menikah dan mengabdikan diri mereka untuk berbagai aktivitas yang dilaksanakan oleh Opus Dei.

Sebagian dari para anggota ditahbiskan sebagai imam; yang mencakup sekitar 2% dari seluruh keanggotaan. Saat ini ada sekitar 85 ribu anggota Opus Dei di seluruh dunia dan sekitar 300 an di Hongkong, Macau, Taiwan, Singapura dan sekitarnya. Di Indonesia, organisasi Opus Dei sudah hadir di keuskupan Surabaya. Dalam beberapa kesempatan romo pembimbing Opus Dei juga rutin datang ke Jakarta memberikan pengenalan tentang organisasi ini dan bimbingan rohani kepada anggotanya yang tinggal di Jakarta.

Menjadi anggota Opus Dei
Orang yang bergabung dengan Opus Dei karena mereka merasa terpanggil: panggilan pribadi dan karib dari Tuhan untuk menempatkan seluruh hidupnya untuk mengabdi kepadaNya di tengah-tengah dunia.

Meskipun cara menjalani panggilan OD ini berbeda-beda, panggilan sebagai supernumerary, associate dan numerary adalah tunggal dan sama, yaitu mencari kesucian dalam hidup mereka sehari-hari sebagai orang biasa.

Seorang awam Katolik yang mempertimbangkan panggilan menjadi seorang anggota Opus Dei dianjurkan untuk menghadiri aktivitas bimbingan spiritual dan mengemban komitmen para anggota untuk menilai apakah jalan ini adalah kehendak Tuhan baginya. Setelah menimbang keputusan mereka dengan matang, mereka dipersilakan untuk bergabung. Seorang bergabung ke dalam Opus Dei dengan sukarela dan dengan bebas dapat keluar.

Komitmen
Untuk membantu mereka menemukan kesucian dalam hidup mereka para anggota Opus Dei menerima pelatihan, bantuan dan bimbingan spiritual termasuk filsafat dan teologi Katolik. Aktivitas pengembangan rohani untuk individu maupun kelompok diadakan secara terpisah bagi para wanita dan pria.

Semua anggota menghadiri pertemuan mingguan dan bulanan, retreat tahunan dan kursus formasi antara 1 sampai 3 minggu. Komitmen rohani di antaranya: misa harian, bacaan dari kitab suci dan buku-buku rohani lainnya, rosario dan doa pribadi.

Mereka juga mencoba menghayati sikap pengorbanan diri dalam kehidupan sehari-hari. Meskipun praktek penitensi tradisional tidak dicegah, Opus Dei lebih menitikberatkan pengorbanan diri dalam kehidupan sehari-hari: menunaikan tugas masing-masing dengan cermat, mementingkan kebutuhan orang lain sebelum diri sendiri, tetap tersenyum dalam situasi yang tidak menyenangkan dan lain sebagainya.

Karena sadar akan tanggung jawab untuk mewartakan iman Kristiani di manapun berada, mereka berjuang untuk memperbaiki dunia seperti para orang Kristen abad pertama dan berusaha mewujudkannya dengan menunaikan amanat Kristiani untuk menolong orang yang membutuhkan dan mereka yang tidak mampu.

Orang biasa
orang-biasaTiada perubahan eksternal dalam kehidupan orang-orang yang bergabung dalam Opus Dei. Mereka bekerja dalam pekerjaan yang sama dan tinggal dalam lingkungan sosial yang sama tetapi pandangan mereka sudah berubah: pekerjaan dan pergaulan menjadi kesempatan untuk hidup lebih dekat dengan Tuhan.

Para anggota dengan senang hati akan membicarakan kehidupan mereka sebagai anggota Opus Dei dengan siapapun yang sungguh berminat.

Opus Dei menghargai inisiatif pribadi dan privasi masing-masing. Kerabat, sahabat dan kenalan dengan sendirinya akan mengetahui kehidupan para anggota Opus Dei. Tidaklah mungkin bagi Opus Dei melaksanakan misinya bilamana anggota-anggotanya tidak terbuka tentang keikutsertaan mereka.

Aktivitas/ Kegiatan organisasi
Sebagai pengungkapan dari hasrat pribadi untuk melayani masyarakat, para anggota Opus Dei bersama dengan orang-orang Katolik dan non-Katolik telah mendirikan banyak proyek pendidikan, amal serta kebudayaan di sekeliling dunia. Di antaranya adalah sekolah, universitas, rumah sakit, asrama pelajar, sanggar pemuda dan klub prestasi. Aktivitas tersebut terbuka untuk semua orang tanpa memperhatikan perbedaan agama, sosial dan ras.

aktivitasBeberapa proyek-proyek yang telah dijalankan adalah: asrama putra He Shan dan asrama putri Wen Shan di Taipei, Hac Sa Conference di Macau serta balai aktivitas Wu Kau Tang termasuk aktivitas bersama.

Opus Dei bukan pemilik satupun dari proyek-proyek tersebut tetapi Opus Dei bertanggung jawab atas bimbingan rohani dan karya pastoral bagi yang mengelolanya. Hak milik proyek-proyek tersebut berada di tangan orang-orang yang mendirikannya. Dana pembiayaan diperoleh melalui tarif yang dikenakan dan sumbangan dari para anggota Opus Dei, pendukung serta kawan sekalian. Badan-badan tersebut diaudit secara umum.

Prelatur
Opus Dei ditetapkan sebagai Prelatur pribadi pada tahun 1982 oleh sri paus Yohanes Paulus II. Prelatur pribadi adalah suatu jenis organisasi dalam Gereja Katolik yang diciptakan pada tahun 60-an oleh Konsili Vatikan II

Sebagai bagian dari Gereja Katolik, Opus Dei bekerjasama dengan uskup setempat yang memberikan ijinnya sebelum sebuah pusat Opus Dei (OD center) didirikan dalam keuskupannya dan yang akan menerima laporan secara teratur tentang aktivitas-aktivitas Opus Dei di keuskupan tersebut.

Prelatur pribadi merupakan kerangka yang tepat untuk sebuah organisasi yang terdiri dari kaum awam Katolik yang hendak melayani Tuhan menunaikan tugas sehari-hari dengan sesempurna mungkin. Organisasi Opus Dei berpusat di Roma, di bawah pimpinan seorang Prelat, yang kini dijabat oleh uskup Javier Echevarria yang terpilih pada tahun 1994

Sumber : leaflet Pengantar tentang Opus Dei

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Rosario Tangan Kanan


Tanda Salib!

Aku Percaya...

Kemuliaan...

Bapa Kami…
Salam, Puteri Allah Bapa – Salam Maria...
Salam, Bunda Allah Putera – Salam Maria…
Salam, Mempelai Allah Roh Kudus – Salam Maria…
Kemuliaan…
Terpujilah…

Peristiwa 1 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah

Peristiwa 2 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah

Peristiwa 3 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah

Peristiwa 4 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah

Peristiwa 5 (lihat di bawah)
Bapa Kami
Salam Maria (10X)
Kemuliaan
Terpujilah

PERISTIWA-PERISTIWA ROSARIO
Peristiwa Gembira:
1. Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel (Luk 1:26-38).
2. Maria mengunjungi Elisabeth, saudaranya (Luk 1:39-45).
3. Yesus dilahirkan di Betlehem (Luk 2:1-7).
4. Yesus dipersembahkan ke Bait Allah (Luk 2:22-40).
5. Yesus diketemukan dalam Bait Allah (Luk 2:41-52).

Peristiwa Sedih:
1. Yesus berdoa kepada Bapa-Nya di surga dalam sakratul maut (Luk 22:39-46).
2. Yesus didera (Yoh 19:1).
3. Yesus dimahkotai duri (Yoh 19:2-3).
4. Yesus memanggul salib-Nya ke Gunung Kalvari (Luk 23:26-32).
5. Yesus wafat di salib (Luk 23:44-49).

Peristiwa Mulia:
1. Yesus bangkit dari antara orang mati (Luk 24:1-12).
2. Yesus naik ke surga (Luk 24:50-53).
3. Roh Kudus turun atas Para Rasul (Kis 2:1-13).
4. Maria diangkat ke surga (1Kor 15:23; DS 3903).
5. Maria dimahkotai di surga (Why 12:1; DS 3913-3917).

Peristiwa Terang:
1. Yesus dibaptis di Sungai Yordan (Mat 3:13-17).
2. Yesus menyatakan diri-Nya dalam pesta perkawinan di Kana (Yoh 2:1-12).
3. Yesus memberitakan Kerajaan Allah & menyerukan pertobatan (Mat 3:2; 4:17,23; Mrk 1:15).
4. Yesus menampakkan kemuliaan-Nya (Mat 17:1-9).
5. Yesus menetapkan ekaristi (Mrk 14:22-23; Luk 22:19-29).

Renungkan masing-masing peristiwa Rosario itu pada hari-hari berikut:
• Senin: Peristiwa Gembira
• Selasa: Peristiwa Sedih
• Rabu: Peristiwa Mulia
• Kamis: Peristiwa Terang
• Jumat: Peristiwa Sedih
• Sabtu: Peristiwa Gembira
• Minggu: Peristiwa Mulia

Catatan Tambahan :
Doa Rosario bukanlah doa kepada Bunda Maria, melainkan doa kepada Yesus. Melalui Rosario, bersama Bunda Maria kita merenungkan peristiwa kelahiran, penderitaan dan kemuliaan Yesus. Untuk berdoa Rosario kita memerlukan kerendahan hati dan kehendak yang kuat, agar untaian doa yang kita daraskan tidak hanya sekedar kata-kata kosong tanpa makna.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Memperingati Ultah Sarinah



Ulang tahun merupakan hari kelahiran seseorang, menandai hari dimulainya kehidupan di luar rahim. Dalam beberapa kebudayaan, merupakan suatu kebiasaan untuk merayakan peringatan ulang tahun seseorang, contohnya dengan mengadakan pesta ulang tahun dengan keluarga dan/atau rekan. Hadiah sering diberikan pada orang yang merayakan ulang tahun. Juga merupakan suatu kebiasaan untuk memperlakukan seseorang secara istimewa pada hari ulang tahunnya.

Nah, berhubungan dengan Ulang Tahun, tanggal 12 September kemarin ultahnya Cintaku si Kurus Langsing Imut-imut itu, berhubung pada tanggal itu kita ga bisa ketemu, maka hari ini aku sengaja beli kue ultah dan berharap masih sempat bertemu dengannya untuk sekedar meniup lilin dan berdoa bersama. Udah kangen banget sama cintaku itu.

"Happy Birthday, N'dut! Happy Birthday, N'dut! Happy Birthday, Happy Birthday, Happy Birthday, N'dut! Muach!".

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS